Saturday, July 9, 2011

Benci Fisika? Jangan Masuk Teknik Kimia.


Jika pembaca cukup jeli dalam menganalisa judul tersebut, pasti akan menemukan kejanggalan, yang dibenci adalah Fisika tetapi justru masuk Teknik Kimia yang dilarang. Yaaph! Memang, secara nama, Teknik Kimia atau chemical engineering berarti bidang teknik yang hanya mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan Kimia bukan Fisika.

Mungkin nama bidang teknik ini telah banyak mengecoh sekian banyak calon insinyur, yang notabene gemar dan jago pelajaran Kimia selama bersekolah di SMA. Saya juga bingung entah dasar apa para profesinal pendidikan menamainya demikian. Karena menurut saya sebagai seorang sarjana Teknik Kimia, selama empat tahun berkuliah justru kemampuan Fisika yang sangat dituntut untuk dikembangkan.

Sebenarnya saya lebih suka nama Teknik Kimia diganti menjadi plant design and process engineering, karena memang secara umum pelajaran di Teknik Kimia lebih menekankan kepada bagaimana sebuah plant atau pabrik dibangun mulai dari nol hingga dapat menghasilkan profit yang maksimal dengan menggunakan prinsip-prinsip Ekonomi dan Fisika pada dasarnya.

Teknik Kimia merupakan bidang penjurusan yang sangat kompleks karena juga melibatkan berbagai macam bidang disiplin ilmu lainya seperti hal Ekonomi, Mikrobiologi, Nano Teknologi, dan Pengetahuan Lingkungan. Walaupun dasarnya Fisika, bukan berarti Ilmu Kimia tidak berguna tetapi hanya sebagai pelengkap dalam sebuah desain awal proses. 

Banyak orang beranggapan bahwa Teknik Kimia adalah bidang studi keilmuan Kimia murni (MIPA). Sebenarnya sangat berbeda, secara dasar bidang Kimia murni mempelajari mekanisme tentang terjadinya sebuah reaksi, bagaimana bahan baku bisa menjadi suatu produk yang berguna tanpa mempedulikan bagaimana memproduksi secara masal atau skala besar dengan memperhatikan aspek-aspek Ekonomi, lingkungan dan peralatanya. Di sinilah Teknik Kimia memainkan peranya.
.
“Teknik Kimia mempelajari, bagaimana sebuah pabrik berdiri, berproduksi, dan teruji kelayakanya untuk menghasilkan profit yang maksimal.”

Ada beberapa bidang studi pokok yang wajib dikuasi secara konsep bagi insinyur Teknik Kimia, seperti hal nya:

1.Thermodinamika Teknik Kimia

Pada bidang studi ini akan ditekankan konsep mengenai kesetimbangan massa dan energi pada suatu proses produksi dan juga akan dilanjutkan dengan bagaimana kesetimbagan antara fase uap liquid, atau solid suatu zat Kimia yang terjadi pada suatu kondisi temperatur, tekanan, dan komposisi zat Kimia itu sendiri.

2.Teknik Reaksi Kimia

Merupakan bidang studi yang paling unik dan tidak dimiliki oleh bidang teknik lainya. Karena mempelajari bagaimana mendesain sebuah reaktor produksi. Kata reaktor berarti sebuah jantung pada sebuah pabrik Kimia tempat reaksi perubahan bahan baku menjadi produk terjadi. Disini akan dipelajari tentang kinetika reaksi dan apa saja peralatan yang dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme reaksi tersebut. Pengetahuan ini juga mencakup perhitungan jenis reaktor, volume reaktor, jenis mixer, temperatur, dan tekanan operasi. 

3.Operasi Teknik Kimia

Bidang ini kebanyakan mempelajari apa saja jenis alat-alat penunjang produksi utama yang digunakan untuk memproses bahan baku dengan mempertimbangkan jenis, sifat, dan kondisi tekanan, temperatur, komposis bahan baku itu sendiri dan bagaimana mekanisme alat-alat proses  tersebut bekerja sama untuk mengubah menjadi produk. Seperti hal nya jaringan penukar panas (Heat Exchangers), Kolom Distilasi, Kolom Absorbsi, Pompa, Rotary Dryer, dll. Secara umum alat-alat tersebut berperan sebagai asisten alat proses utama (Reaktor) untuk menyediakan segala sesuatu persyaratan yang dibutuhkanya seperti hal nya laju aliran, ukuran partikel, komposisi Kimia, kecepatan aliran, temperatur, dan tekanan.

Secara lapangan pekerjaan, para sarjana Teknik Kimia tergolong cukup fleksibel karena juga dapat bekerja pada dunia Oil and Gas, Pengolahan atau Pertambangan Logam, Perbankan, Otomotif, Konsultan Lingkungan Hidup, dll.

Karena pada masa pendidikan para insinyur Teknik Kimia dilatih untuk memiliki kemampuan yang beragam dari baik segi teknis hingga manajement atau lebih tepatnya dituntut untuk menjadi serba bisa. Tidak jarang para petinggi-petinggi perusahaan setingkat director banyak dijabat oleh jebolan Teknik Kimia.

Surabaya, 9 Juli 2011

Tags : Teknik Kimia;chemical engineering;thermodinamika;operasi Teknik Kimia;teknik reaksi Kimia;reaktor;kesetimbangan massa dan energi;heat exchangers;kolom distilasi;kolom absorbsi;pompa;rotary dryer; plant design and process engineering;oil and gas;perbankan;otomotif;mikrobiologi;nano teknologi;ekonomi.

Friday, July 8, 2011

Hei Annex, Look at me please!

Empat tahun yang lalu setelah tamat dari sekolah berseragam putih abu-abu, saya berkeinginan untuk melanjutkan studi di institut teknologi terbaik di Indonesia yang berlokasi Di Bandung. Dengan mengambil Teknik Perminyakan.

Kampus berlambang gajah duduk tersebut sangat digemari pada masa itu terlebih pada jurusan yang saya minati, Teknik Perminyakan. Dengan peminat yang sangat banyak sementara ketersedian kursi penerimaan terbatas menciptakan persaingan yang ketat. Mungkin karena kurang usaha atau memang tuhan berkata lain, saya gagal untuk mendapatkan jatah satu buah kursi tersebut.

Tapi bukan merupakan suatu masalah mengingat saya juga telah diterima sebagai mahasiswa pada institut teknologi negeri terbaik lainya Di Surabaya, namun pada jurusan yang berbeda.

Masa pendidikan empat tahun terlewati sehingga nama saya layak untuk memiliki embel-embel Sarjana Teknik. Upacara wisuda baru akan digelar pada bulan Oktober 2011, sebelumnya harus iklas  dengan hanya menjadi sarjana teknik pengangguran tanpa ijazah, yang berkeliaran mencari pekerjaan.

Selama waktu-waktu tersebut, dengan melakukan browsing di internet kesanan kemari mencari lowongan pekerjaan, saya kembali teringat dengan cita-cita empat tahun yang lalu, berkuliah di kampus gajah duduk dengan bidang studi Teknik Perminyakan, sebuah bidang yang berlainan dengan bidang saya saat ini.

Setelah menalaah persyaratan yang dibutuhkan untuk pendafataran, tindakan hunting untuk melengkapinya pun dimulai. Dari semua persyaratan, yang paling memeberatkan adalah masalah ijazah, karena baru akan diterima pada bulan Oktober saat upacara wisuda. Saya konfirmasi hal tersebut kepada bagian pendaftaran yang ada di Bandung melalui telefon dan dianjurkan untuk hanya memilki surat keterangan lulus sementara dari kampus (tanpa embel-embel harus tembusan rektor).

Setelah melakukan pendaftaran online dan mentransfer sejumlah uang untuk biaya pendafataran yang notabene tidak sedikit bagi kantong mahasiswa, perjalanan ke Bandung dari Surabaya pun dilakukani. Dengan penuh pengorbanan, seperti susahnya mencari tiket perjalanan ke Bandung, terjebak macet yang amat sangat di Kota Jakarta waktu itu sehingga  baru sampai di Bandung pada saat telah larut. Pada saat perjalanan, dalam hati saya berkata, mungkin ini saat nya saya diterima di Kampus terbaik ini. Mungkin segala pengorbanan yang telah saya lakukan, telah cukup.

Esok harinya, pada pagi hari sekitar pukul 9, proses mengantri di depan loket penerimaan Annex pun dilakukan. Dengan baris antrian yang lumayan panjang, saya bersabar dengan penuh harap, dan kembali menerawang sembari menghirup segarnya udara Bandung di pagi hari, andai saja waktu itu lulus test mungkin saya ada disini empat tahun yang lalu.

Tiba pada saat giliran saya menyerahkan berkas untuk di sortir dan verifikasi, saya kaget mendengar pernyataan seorang petugas yang menyatakan bahwasanya surat keterangan lulus saya tidak berlaku karena harus dengan terbusan rektor, atau dengan toleransi hingga dekan. Tanpa pikir panjang karena kaget dan rasa pesimis pun timbul, proses negosiasi dimulai. Saya menyatakan bahwasaya pernah menelfon Annex dan rekanya menyatakan “surat keterangan lulus saja sudah mumpuni untuk proses pendaftaran ikut serta dalam test tulis”. Walaupun saya tidak dapat memberikan ijazah sekarang, toh nanti juga akan saya berikan pada saat daftar ulang jikalau saya lulus  tulis.

Petugas berkulit hitam dengan raut muka tidak ramah tersebut membentak saya, bahwasanya otak saya tidak dapat menangkap atau apalah dalam gumamamnya yang tidak pantas diucapkan sebagai seorang profesional ditambah dengan ekspresi emosi (*loh kok?! Itu buka perkerjaan anda yaa tuan?). Disamping saya sangat kecewa, sedih, saya juga sakit hati diperlakukan dalam bentuk pelayanan yang tidak profesional tersebut. 

“Apakah anda tidak punya anak, saudara, atau anggota keluarga tuan? Bagaimana jika ini terjadi pada salah satu dari mereka? mungkin dalam situasi yang berbeda.”

Saya telah menjelaskan dengan panjang lebar, bahwa saya sudah jauh-jauh datang dari Surabaya, dan saya telah berjanji untuk melengkapi syarat tersebut pada saat daftar ulang dilakukan. Tapi penjelasan saya hanya dianggap angin lalu tanpa memberikan keringanan sedikitpun dengan alasan menegakan peraturan. Berkas saya yang telah lengkap mereka terima dengan catatan jika saya tidak dapat memberikan surat keterangan lulus hingga rektor besok hari, berkas saya akan jadi sampah dan tidak di proses.

Memang benar peraturan untuk ditegakan, hanya saja bagi saya merugikan pihak pelamar. Jika memang ijazah itu dibutuhkan, maka dimana letak kesalahanya jika saya di izinkan untuk mengikuti test tulis dan setelah lulus barulah ijazah tersebut ditagih pada saat daftar ulang, mengingat pada saat daftar ulang ijazah tersebut sudah ada ditangan saya (pertengahan juli). Jika pada saat daftar ulang saya tidak dapat menyerahkan ijazah tersebut, barulah saya dinyatakan tidak layak untuk meneruskan pendidikan. Sampai saat ini saya tidak menegerti apa esensi diberlakukanya peraturan tersebut. Mungkin anak SD saja bisa menggunakan logikanya, betapa kosong dan tidak bergunanya peraturan tersebut sebagai syarat  ikut test tulis yang telah saya bayar.

Saya tidak putus asa dengan hanya berdiam diri di Annex, saya juga meminta keringanan termasuk mendatangi jurusan Perminyakan itu sendiri. Saya lebih kecewa lagi karena mereka tidak dapat membantu saya karena saya menggunakan biaya sendiri bukan bantuan atau link perusahan minyak asing. Ironis memang, mereka dapat memberikan bantuan berupa keringanan terhadap pihak asing tetapi tidak kepada anak bangsanya sendiri yang ingin menuntut ilmu.

Setalah kekecewaan menumpuk, akhirnya saya pasrah, tidak ada gunanya mengemis atau meminta belas kasihan tersebut. Mungkin tuhan punya rencana lain, saya percaya itu. Akhirnya,  saya pulang kembali ke kota pahlawan.

Satu minggu telah berlalu, tepat dengan tanggal 1 juli 2011, yaitu hari test berlangsung saya menerima telefon yang mengatas nama kan kampus gajah duduk tersebut. Mereka menanyakan mengapa saya tidak mengikuti test padahal saya telah mendaftar.

Waah, aneh yaa. Jika berkas saya tidak di proses mengapa saya terdaftar sebagai peserta test? Berarti ultimatum kemaren hanya ultimatum kosong tak bermakna? Sungguh sia-sia dan zalim tindakan anda terhadap saya. Sudah tidak mungkin, untuk mengejar test tersebut, mengingat saya baru di telefon pada hari test tersebut berlangsung sementara jarak antara Bandung dan Jakarta tidaklah dekat.

“Apa maksud dari ini semua Annex? Apakah anda memang tidak profesional atau peraturan yang anda buat hanya semacam hal kosong yang tidak berguna?”

Bukan maksud untuk menjatuhkan atau mencemarkan nama baik kampus gajah duduk tercinta, melainkan untuk memberikan masukan atas tindakan tidak profesional suatu bagian dari institusi anda. Cobalah peraturan tersebut ditinjau kembali. Dan tenaga kerja yang disana saya sarankan untuk mendapatkan training “Etika Dalam Bekerja”.

Surabaya, 8 juli 2011


Tags :annex; gajah duduk; bandung; surabaya, teknik kimia; teknik perminyakan;bandung

Monday, July 4, 2011

Keadilan sosial bagi siapa?

Sebagai warga sebuah negara, sudah merupakan suatu kewajiban untuk hidup dan mematuhi ideologi negara yang berlaku khususnya pancasila dalam hal ini adalah Idelogi bumi pertiwi.

Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia, nama yang terdiri dari dua kata sansekerta, panca berarti lima dan sila berarti asas atau prinsip. Sehingga pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat indonesia.

Selama bersekolah di Indonesia apapun jenis sekolahnya baik negeri hingga swasta sekalipun dapat dipastikan memiliki pigura cantik pancasila sebagai hiasan dinding diatas papan tulis setiap kelas. Yang pasti akan terlihat setiap kali memandang kedepan, setiap hari, setiap minggu bahkan bertahun-tahun hingga lulus dari sekolah menengah atas (SMA), burung garuda gagah itu tidak pernah berhenti menatap para generasi masa depan penerus bangsa ini. Tidak hanya sebatas itu, tetapi hampir setiap Senin pagi selalu dibacakan butir demi butir ayat tersebut walaupun penuh pengorbanan, rasa capek, kepanasan, bosan, bahkan rasa dingin dibawah guyuran gerimis di pagi hari.

Mungkin merupakan suatu ironi yang menyedihkan, banyak dari peserta didik atau hampir seluruhnya tidak mengerti, apa maksud dari esensi ini semua. Kalau boleh jujur, saya dengan segenap rasa malu sebagai orang Indonsesia mengakui, “saya adalah bagian dari mereka”. Mungkin juga anda, yang akan senyum-senyum sendiri mengakuinya didalam hati, “Yaaa!, kita sama”. Syukurlah, kita masih “Indonesia”, masih ada kesamaan diantara kita, walaupun mungkin merupakan suatu hal yang memalukan, kita tidak paham jati diri kita, siapa kita sebagai manusia berbangsa secara utuh.

Selama mengenyam pendidikan, diri kita sendirilah yang salah atau bahkan disalahkan oleh guru maupun orang tua jika tidak paham atau hafal dengan pancasila. Padahal menghafalnya membutuhkan waktu berjam-jam, tetapi hilang begitu saja dan tidak membekas hanya dalam waktu yang  singkat.

Apa yang salah dengan diri kita?

Salah satu dari lima sendi kehidupan yang mendasari bangsa ini adalah sila kelima yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Saya kembali teringat akan sebuah film 3 hati 2 dunia 1 cinta, dalam salah satu scene film tersebut diceritakan bagaimama seorang pemuda bernama Ocid, guru sukarelawan, mengajajarkan butir-butir pancasila  kepada anak-anak jalanan. Sontak pada sila kelima, mereka bersorak kompak “adiiiillll gaaak yaaaahh???!!”.

Masihkah secara individu yang harus dipersalahkan? 

Wahai mantan guru ku, bukan maksudku untuk membangkang atau melawan, engkau pasti punya hati nurani, engkau pasti paham, tentang apa yang terjadi sebenarnya, aku yakin, engkau perih sewaktu memarahiku yang tidak pernah paham pancasila ini, “utuh”.

Sudah sangat lazim bahwasanya suatu hal yang membekas dan dapat memberikan ingatan jangka panjang jika hal tersebut terjadi secara nyata atau langsung memberikan efek kepada manusia tersebut, dapat berupa hal yang baik maupun buruk, katakanlah sebuah pengalaman hidup yang langsung menyentuh terhadap alam bawah sadar.

Seorang ilmuan dalam bidang kejiwaan Sigmund Freud (1856-1939), menyatakan dalam sebuah teori yang cukup terkenal,  bahwasanya “alam bawah sadar mengendalikan sebagian besar perilaku manusia”.

Cara pandang sebelah mata terhadap sila ke lima khususnya, kemungkinan besar merupakan suatu perintah langsung yang berasal dari suara terdalam diri kita, pengalaman hidup atau alam bawah sadar yang jujur untuk mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Sebuah suara kejujuran, bebas akan syarat kemunafikan lebih tepatnya.

Pada sebuah pergelaran seni bertajuk Kartolo Mbalelo yang berlangsung di Jakarta beberapa waktu lalu, Mahfud MD yang merupakan ketua Mahkamah Kontitusi berujar dalam sebuah lakon, “Kita dalam bahaya. Kalau keadaan begini terus, lama-lama akan ambruk”

Agaknya lakon tersebut bukan merupakan suatu hisapan jempol belaka, melainkan mencermikan suatu hal yang sedang terjadi di bangsa ini. Suatu bentuk ke tidak seimbangan hidup antara saudagar, pemangku kepentingan, dan rakyat jelata.

Begitu banyak ketidakadilan yang terjadi sehingga berujung terhadap semakin terhimpitnya rakyat sebagai kaum yang lemah. 

Semakin lantang orang-orang, aktifis, pembela negara, mahasiswa pencinta Indonesia meneriakan keadilan, semakin tinggi monumen konspirasi petinggi dan pengusaha yang berdiri sombong memagari luapan lumpur di Sidoarjo,  semakin mudahnya para koruptor kelas kakap berkeliaran bahkan kabur sementara rakyat jelata mendekam di penjara karena maling bahan kebutuhan pokok. Puluhan bahkan mungkin ratusan bangunan sekolah tidak layak, tapi mengapa hanya bangunan gagah-gagahan yang dipergunakan untuk tidur atau sekedar mengobrol lantur tidak jelas yang diperhitungkan prospek pembangunanya.
Apa yang sedang terjadi di Indonesiaku saat ini, siapakah yang seharusnya dipersalahkan telah melecehkan pancasila?

Cuma hati nurani yang bisa menjawab.

Surabaya, 4 Juli 2011

Tags : pancasila; garuda; sigmund freud; mahfud MD; kartolo mbalelo; sidoarjo.